BPPTIK Kominfo Menjembatani Kesenjangan Keterampilan Digital dengan LMS di AWS

Indonesia bertujuan menciptakan sekitar sembilan juta profesional digital pada tahun 2030 sebagai bagian dari agenda nasional transformasi digital. Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPPTIK) yang merupakan bagian dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) membantu negara mencapai tujuan tersebut.

BPPTIK Kominfo menyelenggarakan program pembelajaran berbasis kelas dan online untuk pegawai negeri sipil dan warga negara di berbagai bidang seperti pemrograman aplikasi, desain basis data, dan administrasi jaringan. Program ini dijalankan menggunakan Sistem Manajemen Pembelajaran (LMS) Moodle, namun terdapat kekhawatiran mengenai kurangnya keandalan, fleksibilitas, dan keamanan atas sistem infrastruktur on-premise.

BPPTIK Kominfo ingin memindahkan LMS Moodle ke layanan cloud yang lebih andal dan aman dan memilih Amazon Web Services (AWS). Namun, tim IT tidak memiliki kepercayaan diri untuk memigrasikan infrastruktur lamanya ke AWS dan kurang memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk menjalankan solusi yang berbasis cloud. Hamdani Pratama, Kepala Perencanaan dan Evaluasi di BPPTIK Kominfo, mengatakan, “Sebagai bagian dari kementerian yang menyampaikan visi presiden untuk menumbuhkan talenta digital Indonesia, kami harus memastikan bahwa kami memiliki sistem yang tepat di belakang kami, dan juga keahlian yang tepat untuk sistem tersebut.”

BPPTIK Kominfo bekerja sama dengan AWS Training and Certification untuk meningkatkan pengetahuan pegawainya tentang cloud. Melalui pelatihan AWS digital dan virtual mandiri yang dipandu instruktur, puluhan pegawai berpartisipasi dalam kursus AWS Cloud Practitioner Essentials, AWS Technical Essentials, dan Arsitektur di AWS. Pelatihan AWS memberikan pegawai kepercayaan diri dan pengetahuan dasar tentang layanan AWS. BPPTIK Kominfo mempelajari cara mengoptimalkan di AWS dan tentang serangkaian solusi AWS yang tersedia. Selain itu, anggota tim mendapatkan pemahaman mendalam tentang praktik terbaik AWS. Pratama mengatakan, “Kursus yang diberikan merupakan perpaduan antara teori dan praktik, dan disampaikan dalam Bahasa Indonesia, yang menjadikannya sebagai pengalaman yang bermanfaat bagi pegawai kami.”

Setelah menyelesaikan pelatihan AWS, BPPTIK Kominfo mendapatkan kepercayaan diri bahwa AWS Cloud memang merupakan keputusan yang tepat bagi organisasi dan berkolaborasi dengan Elitery Partner AWS untuk menyelesaikan migrasi dengan sukses. Untuk memastikan keandalan dan fleksibilitas, tim memigrasikan aplikasi sistem ke instans Amazon Elastic Compute Cloud (Amazon EC2) dan basis data MySQL-nya ke Amazon Relational Database Service (Amazon RDS). Untuk keamanan dan perlindungan, aplikasi sistem di-deploy ke dalam sumber daya di Amazon Virtual Private Cloud (Amazon VPC) dengan AWS Web Application Firewall (AWS WAF) untuk perlindungan dari eksploitasi web umum dan Amazon Simple Storage Service (Amazon S3) untuk cadangan. “Dengan AWS Training and Certification, tim kami memiliki pemahaman yang lebih baik tentang layanan AWS dan kemampuan untuk memindahkan sistem LMS lama ke AWS Cloud,” kata Pratama.

Dengan LMS Moodle kini di AWS, BPPTIK Kominfo mampu memberikan program pembelajaran berbasis kelas dan online di berbagai bidang seperti pemrograman aplikasi dan desain basis data ke siswa yang jumlahnya semakin meningkat. Faktanya, BPPTIK berada di jalur yang tepat untuk membekali 10.000 profesional dengan keahlian digital pada akhir tahun 2021, dan Pratama yakin angka tersebut akan meningkat menjadi 40.000 pada tahun 2022. Pertumbuhan ini dimungkinkan karena infrastruktur AWS dapat dengan mudah untuk diskalakan dan mampu menangani koneksi LMS secara simultan. Pratama mengatakan, “Kami meningkatkan jumlah maksimum pengguna secara bersamaan dari 200 menjadi 5.000 hanya dengan melakukan peralihan awal ke LMS Moodle di AWS.”

Di AWS, selain meningkatkan kemampuannya untuk mendukung pembelajaran virtual, BPPTIK Kominfo telah mengurangi total biaya kepemilikan (TCO) hingga sebesar 50 persen dibandingkan dengan infrastruktur on-premise. Selain itu, ketersediaan layanan telah meningkat lebih dari 80 persen dan tim IT dapat mengelola sistem dari jarak jauh, yang membantu menghilangkan waktu henti. Pratama mengatakan, “Instruktur dapat mengunggah materi pelajaran ke LMS tanpa penundaan karena koneksi broadband di rumah, dan siswa dapat mengakses serta mengunggah konten tanpa hambatan apa pun. Saya tidak menerima keluhan.”