bpx energy Menggunakan AWS untuk Mendekati Ambisi Net-Zero

bpx energy mengawasi operasi minyak dan gas bp di berbagai wilayah di Amerika Serikat. Bisnis memfokuskan pada inovasi dalam produksi energi: seperti dijelaskan oleh Matthews, “ X di bpx singkatan dari eksplorasi—baik eksplorasi dalam artian tradisional maupun mengeksplorasi ide dan metode baru untuk meningkatkan bisnis secara mendasar.”

 

Pada 2017, bpx energy melihat peluang untuk meningkatkan infrastruktur teknologi operasinya. Kantor pusat dan keempat unit bisnisnya, semuanya terletak di negara bagian AS yang berbeda, masing-masing memiliki setidaknya satu operasi berbasis lapangan yang bertanggung jawab atas biaya operasinya sendiri dan jam karyawan yang diperlukan untuk mengoperasikan host dan historian kontrol pengawasan dan akuisisi data (SCADA). Teknologi ini dijalankan pada 27 kombinasi produsen unit terminal jarak jauh dan host manajemen SCADA, semuanya dengan kontrak berbeda. Seluruh infrastruktur berada di sistem teknologi terkelola lokal yang memerlukan ratusan karyawan untuk mengelolanya.

Meskipun data real-time sangat penting untuk tujuan perusahaan di masa depan, sistem membuatnya sulit diperoleh. Infrastruktur on-premise yang terfragmentasi tidak mendukung konektivitas seluruh perusahaan yang diperlukan untuk pelaporan data instan.

 

“Visi kami memerlukan perubahan 10 kali lipat, bukan pergerakan bertahap,” kata Matthews. Ia meyakini bermigrasi ke cloud adalah “realitas yang tak terhindarkan” untuk bpx energy berkat fleksibilitas, skalabilitas, dan aksesibilitas cloud. “Kami membutuhkan data real-time,” papar Matthews. “Kami membutuhkan solusi ML untuk membantu mendorong pengoptimalan operasi.” bpx energy mencari penyedia layanan cloud, dan AWS memenuhi semua persyaratannya.

Pada awalnya, bpx energy berencana menambahkan teknologi operasi tradisional ke infrastruktur cloud satu per satu. Menggunakan layanan AWS, perusahaan membangun versi awal kemampuan cloud Internet untuk Segala (IoT) Industri, yang mencakup pengembangan set pertama alat operasi cerdas dan ML untuk prediksi produksi dan pengoptimalan gudang.

 

Pada 2018, perusahaan memindahkan kantor pusatnya dari Houston, Texas, ke Denver, Colorado, peluang untuk meninggalkan sistem on-premise seluruhnya. Pada tahun yang sama, bpx energy mengakuisisi aset ladang minyak Amerika Utara perusahaan pertambangan multinasional BHP—transaksi 10,5 USD miliar yang menambahkan produksi 190.000 barel minyak dan gas per hari, akuisisi terbesar bp dalam 20 tahun. “Perubahan monumental ini menjadi katalis yang kami butuhkan untuk mengalihkan strategi teknologi kami sepenuhnya ke stack berbasis cloud,” papar Matthews.

Berkolaborasi dengan arsitek solusi dari AWS, bpx energy mulai membangun sistem data cloud lengkap yang mengonsolidasi sistem dan historian SCADA menjadi danau data cloud. Bisnis menggunakan danau data untuk mengoptimalkan operasi melalui ML dan mengumpulkan kecerdasan edge real-time di sumur minyaknya. Infrastruktur baru tersebut memerlukan pengaturan layanan AWS yang kompleks, termasuk adopsi awal AWS Control Tower, yang memberikan cara termudah untuk menyiapkan dan mengelola lingkungan AWS multiakun yang aman. “Manfaat utama menerapkan AWS Control Tower meliputi peningkatan postur keamanan bpx energy, memungkinkan tata kelola korporasi sesuai skala, dan memberikan skalabilitas yang meningkat,” kata Matthews.

Amazon SageMaker, layanan ML terkelola penuh, merupakan kunci untuk mencapai tujuan bpx energy, yaitu mengumpulkan data waktu nyata dari ladang minyak mereka. Sebelumnya, perusahaan tidak dapat menjalankan ML karena perangkat kerja warisan dan bandwidth rendah di lapangan. Amazon SageMaker memberikan daya komputasi yang hampir tidak terbatas untuk membangun algoritme ML dengan cepat.

bpx energy kemudian memasangkan Amazon SageMaker dan AWS IoT Greengrass—layanan yang memperluas AWS dengan tanpa hambatan ke perangkat edge agar dapat beroperasi secara lokal pada data yang mereka hasilkan. Berdasarkan data sumur minyak yang dihasilkan oleh Amazon SageMaker, AWS IoT Greengrass dapat memberi sinyal kepada karyawan untuk bertindak secara real-time—misalnya, jika teknisi harus melakukan intervensi manual seperti mengubah titik pengaturan peralatan. Layanan ini juga dapat memberikan respons kontrol otomatis, seperti pemadaman darurat.

Menurut Matthews, manfaat menerapkan layanan AWS terus berkembang di seluruh bpx energy. Biaya kepemilikan teknologi informasi dan operasi berkurang secara signifikan serta memberi perusahaan keamanan siber yang ditingkatkan, kemampuan yang lebih besar untuk kontrol dan pengoptimalan kecerdasan buatan secara real-time, dan aliran data yang lebih efisien untuk kecerdasan bisnis. Yang terbaik, bpx energy kini memiliki solusi data waktu nyata yang memungkinkan rekayasawan atau algoritma mengambil keputusan dengan cepat.

Pada Februari 2020, bp menetapkan ambisinya untuk menjadi perusahaan net-zero pada 2050 atau lebih cepat. “Ini akan mengubah bentuk bisnis kami seiring peralihan bp dari perusahaan minyak internasional yang berfokus pada memproduksi sumber daya menjadi perusahaan energi terintegrasi yang berfokus pada memberikan solusi untuk pelanggan,” papar Matthews. Pada 2030, bp berencana untuk menaikkan skala investasi dalam karbon rendah 10 kali lipat, meningkatkan energi terbarukan 20 kali lipat untuk mencapai 50 gigawatt, dan memangkas emisi dari karbon yang terkait dengan produksi hulu minyak dan gas hingga 40 persen.

 

“Kolaborasi kami dengan pemimpin seperti AWS adalah bagian penting dalam merealisasikan strategi ini,” kata Matthews. “Kami berharap untuk menginspirasi dan mendorong pihak lain dengan ambisi ini. Kami yakin bahwa strategi baru kami memberikan pendekatan yang komprehensif dan koheren untuk menindaklanjuti ambisi net-zero kami. Dekade mendatang sangat penting bagi dunia dalam mengatasi tantangan perubahan iklim. Mendorong perubahan yang diperlukan dalam sistem energi global akan memerlukan tindakan dari semua orang.”